Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
Karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran
Karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu
Wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali;
"Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
Menjadi kepompong dan menyendiri
Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
Bertafakur bersama iman yang menerangi hati
Hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
Melantunkan kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia
Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah
Mengambil cinta dari langit dan menebarkannnya di bumi
Dengan persaudaraan suci, sebening prasangka, selembut nurani,
Sehangat semangat, senikmat berbagi dan sekokoh janji.
Salim A. Fillah
Khamis, 16 Ogos 2012
Ahad, 12 Ogos 2012
Mukmin Itu
Mukmin itu
Pabila merengkuh nikmat
Ada bibit syukur menerpa
Dan bibir mungil berzikir hamdalah
Mukmin itu
Pabila musibah pula datang berpuing
ada jiwa hamba yang redha
dan sabar itu hadir berpusu
memenuhi setiap kerdip mata
Mukmin itu
Pabila berbicara
Ada hati yang tersentuh
Lantas deburan tangis berlanjut
Kerana takutkan Tuhannya
Mukmin itu
Pabila memandang
Pandangannya tembus
Menerobos ke hati-hati
Mata hatinya membaca
Langsung segalanya
Terbentang, bongkar
Siti Yang Latifah
Machang, 23 Ramadhan 1433
Pabila merengkuh nikmat
Ada bibit syukur menerpa
Dan bibir mungil berzikir hamdalah
Mukmin itu
Pabila musibah pula datang berpuing
ada jiwa hamba yang redha
dan sabar itu hadir berpusu
memenuhi setiap kerdip mata
Pabila berbicara
Ada hati yang tersentuh
Lantas deburan tangis berlanjut
Kerana takutkan Tuhannya
Mukmin itu
Pabila memandang
Pandangannya tembus
Menerobos ke hati-hati
Mata hatinya membaca
Langsung segalanya
Terbentang, bongkar
Siti Yang Latifah
Machang, 23 Ramadhan 1433
Selasa, 7 Ogos 2012
Muhasabah Ramadhan
30 Ramadhan 1426
Hari ini, hari terakhir aku mengerjakan ibadah puasa. Hari ini adalah hari terakhir aku menghirup udara di bulan penuh barakah ini. Hari ini ialah hari terakhir pahala dan dosaku digandakan. Hari ini, hari terakhir aku menatap wajah jejaka Ramadhan!
Wajahku duka, sayu melihat dia mengemas pakaiannya, mengebas capalnya. Seraya wajahnya yang berseri bulan purnama tersenyum padaku.
"Jangan sedih, doakan ini bukanlah pertemuan yang terakhir."
Aku peluk wajah Ramadhan. Kehangatan ku rasa, belai cinta Rabbul Izzati mengusap kemudian mengelus wajah dukaku yang penuh dosa.
Ku tangisi perpisahan ini.
1 Ramadhan 1428
Hari ini Ramadhan menjelmakan dirinya. Hatiku kegirangan tatkala mendengar pengumuman bermulanya puasa pada malam semalam. Tatkala itu, bertambahnya sinar kebahagiaan pabila mendengar azan subuh berkumandang gah pada pagi 1 Ramadhan di Masjid Muhammadi. Alhamdulillah, terima kasih Allah kerana memberi peluang sekali lagi kepadaku menatap kembali wajah cemerlang Ramadhan dan mendakapnya; melepaskan kerinduan yang terperam beratus hari lamanya.
Bulan barakah ini adalah bulan kerinduan para muwahhidun, yang padanya bisa diratah ibadah, bisa dipinta selautan rahmat dan maghfirah.
Aku berkira-kira, adakah sebetulnya aku merindui Ramadhan?
18 Ramadhan 1433
Malam ini dibaluti sunyi. Mula memuhasabah diri. Ramadhan yang kian berbaki. Lailatulqadr, entah aku ketemu atau tidak. Atmosfera pesimis menghembus. Tuhan, aku bukan hamba yang baik bukan?
Sukar diurus. Ketenangan bulan barakah ini bukan milikku.
Ingin memberitahu sesuatu tapi bibir kelu. Ingin menyapa seseorang tapi hanya menghela dengan pandangan kosong. Ingin mengetuk pintu cinta Tuhan tapi terasa malu dan mahu sembunyi?
Lalu lirik lagu Ramadhan 2 Zaman aku ulang-ulang.
Lantas sebuah hadis terngiang-ngiang, minta dinukilkan;
Nah, mampukah hati merasa tenang mendengar perkhabaran ini? Jika berlalunya Ramadhan namun dosa kita tidak diampunkan, maka kita didoakan oleh Jibril AS sebagai celaka. Diaminkan pula oleh Rasulullah SAW, semulia-mulia manusia yang pernah wujud di muka bumi ini.
Dan perubahan tidak akan terjadi selagi tubuh tidak dihayun melakukan tindakan!
Ramadhan Kareem.
.
Hari ini, hari terakhir aku mengerjakan ibadah puasa. Hari ini adalah hari terakhir aku menghirup udara di bulan penuh barakah ini. Hari ini ialah hari terakhir pahala dan dosaku digandakan. Hari ini, hari terakhir aku menatap wajah jejaka Ramadhan!
Wajahku duka, sayu melihat dia mengemas pakaiannya, mengebas capalnya. Seraya wajahnya yang berseri bulan purnama tersenyum padaku.
"Jangan sedih, doakan ini bukanlah pertemuan yang terakhir."
Aku peluk wajah Ramadhan. Kehangatan ku rasa, belai cinta Rabbul Izzati mengusap kemudian mengelus wajah dukaku yang penuh dosa.
Ku tangisi perpisahan ini.
1 Ramadhan 1428
Hari ini Ramadhan menjelmakan dirinya. Hatiku kegirangan tatkala mendengar pengumuman bermulanya puasa pada malam semalam. Tatkala itu, bertambahnya sinar kebahagiaan pabila mendengar azan subuh berkumandang gah pada pagi 1 Ramadhan di Masjid Muhammadi. Alhamdulillah, terima kasih Allah kerana memberi peluang sekali lagi kepadaku menatap kembali wajah cemerlang Ramadhan dan mendakapnya; melepaskan kerinduan yang terperam beratus hari lamanya.
Bulan barakah ini adalah bulan kerinduan para muwahhidun, yang padanya bisa diratah ibadah, bisa dipinta selautan rahmat dan maghfirah.
Aku berkira-kira, adakah sebetulnya aku merindui Ramadhan?
18 Ramadhan 1433
Malam ini dibaluti sunyi. Mula memuhasabah diri. Ramadhan yang kian berbaki. Lailatulqadr, entah aku ketemu atau tidak. Atmosfera pesimis menghembus. Tuhan, aku bukan hamba yang baik bukan?
Sukar diurus. Ketenangan bulan barakah ini bukan milikku.
Ingin memberitahu sesuatu tapi bibir kelu. Ingin menyapa seseorang tapi hanya menghela dengan pandangan kosong. Ingin mengetuk pintu cinta Tuhan tapi terasa malu dan mahu sembunyi?
Lalu lirik lagu Ramadhan 2 Zaman aku ulang-ulang.
Mereka gembira kerana kedatanganmu
kami gembira dengan pemergianmu
Malam mereka meriah disimbah nur al Quran
tapi malam kami muram bertemukanmu
Mereka berlumba mengejar makrifat
tapi kami lesu diburu nafsu
Hati mereka bercahaya digilap takwa
Jiwa kami gelap didera dosa
Takbir mereka takbir kemenangan
hadiah mujahadah sebulan Ramadhan
Takbir kami lesu tak bermaya
tanda kalah lemah tak berdaya
puasa sekadar lapar dan dahaga...
Lantas sebuah hadis terngiang-ngiang, minta dinukilkan;
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku lalu
berkata, 'Celakalah orang yang melewatkan bulan Ramadhan begitu saja
sehingga dia tidak diampuni'. Aku berkata, 'Amin'.
(HR Al-Bukhari, Al-Baihaqi, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban)
(HR Al-Bukhari, Al-Baihaqi, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban)
Nah, mampukah hati merasa tenang mendengar perkhabaran ini? Jika berlalunya Ramadhan namun dosa kita tidak diampunkan, maka kita didoakan oleh Jibril AS sebagai celaka. Diaminkan pula oleh Rasulullah SAW, semulia-mulia manusia yang pernah wujud di muka bumi ini.
Dan perubahan tidak akan terjadi selagi tubuh tidak dihayun melakukan tindakan!
Ramadhan Kareem.
.
Langgan:
Catatan (Atom)